PROSEDURE PELAKSANAAN PENGAJARAN REMEDIAL


Pengajaran merupakan salah satu tahapan kegiatan utama dalam keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan, dan merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dan usaha diagnosa kesulitan belajar. Adapun prosedure pengajaran remedial tersebut tertera dalam bagan skematis berikut:
a. Skema Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Remedial
Menurut Abin Syamsudin, setidaknya dapat dikembangkan 4 alternatif prosedur sesuai dengan kebutuhannya sbb:
• Prosedur I : mencakup langkah 1-2-3-4-5-6
• Prosedur II : mencakup langkah 1-2-(3)-4-5-6
• Prosedur III : mencakup langkah 1-2-3-4-5-6-(7)
• Prosedur IV : mencakup langkah 1-2-(3)-4-5-6-(7)
Untuk lebih jelasnya, setiap langkah dapat disisipkan fungsi, tujuan/ sasaran dan kegiatannya sebagaiu berikut:
1. Penelaahan kembali kasus dengan permasalahannya
Dalam pengajaran remedial, langkah ini merupakan tahapan paling fundamental karena merupakan landasan pangkal tolak langkah- langkah berikutnya. Sasaran pokok langkah ini adalah untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas (definit) mengenai karakteristik kasus berikut permasalahannya untuk memperoleh gambaran yang lebih definitfasilitas alternatif tindakan remedial yang direomendasikan, sesuai dengan sasaran pokok tersebut maka kegiatan di dalam langkah ini difokuskan kepada suatu analisis rasional atas hasil diagnosis yang telah dilakukan atau rekomendasi dari pihak lain (guru, petugas BP dan sebagainya). Analisis ini merupakan kegiatan pengecekan kembali terhadap:
o Kebenaran dan kelengkapan data/ informasi yang mendukung pernyataan atau penjelasan tentang karakteristik kasus serta permasalahannya.
o Relevansi antara tafsiran dan kesimpulan yang dibuat dengan data pendukungnya serta konsistensinya antara berbagai data satu sama lain.
o Ketepatan prakiraan berdasarkan hasil diagnosis yang didukung oleh data yang relevan.
o Visibilitas dari setiap alternatif pengajaran remedial yang direkomendasikan.
2. Menentukan alternatif pilihan
Langkah ini merupakan lanjutan dari hasil pengkajian yang dilakukan pada langkah pertama itu akan diperoleh kesimpulan mengenai dua hal pokok penting yaitu:
1. Karakteristik khusus yang akan ditangani secara umum, dapat dikategorikan pada salah satu dari tiga kemungkinan, yaitu :
o kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan hanya memiliki kesulitan dalam menemukan dan mengembangkan pola strategi / metode / teknik belajar yang sesuai, efektif, dan efisien.
o kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan disamping memiliki kesulitan dalam mengembangkan dalam menemukan dan mengembangkan pola strategi / metode / teknik belajar yang sesuai, efektif, dan efisien itu, juga dihadapkan pada hambatan potensial psokologis (ego-emosional, potensial-fungsional, sosial-psikologis) dalam penyesuaian dengan dirinya dan lingkungan.
o kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan telah memiliki kecenderungan ke arah kemampuan menemukan dan mengembangkan pola-pola strategi / metode / teknik belajar yang sesuai, efektif, dan efisien, namun terhambat oleh kondisi ego-emosional, potensial-fungsional, sosial-psikologis, dan faktor instrumental-environmental lainnya.
2. Alternatif pemecahannya lebih strategis jika:
o Langsung ke langkah keempat (pelaksanaan pengajaran remedial). Misalnya: jika kasusnya termasuk kategori pertama atau.
o Harus menempuh dahulu langkah ketiga (layanan konseling/ psikoterapi) sebelum lanjut ke langkah keempat (pelaksanaan pengajaran remedial) apabila misalnya kasus termasuk kateegori kedua (pilihan alternatif tindakan) atau ketiga.
Jadi, sasaran pokok kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah membuat suatu keputusan pilihan alternatif mana yang harus ditempuh berdasarkan pertimbangan rasional yang cermat. Dalam proses pengambilan keputusan ini ada beberapa prinsip- prinsip sebagai berikut:
1. Efektifitas, dalam artian lebih mampu untuk mencapai tujuan pengajaran remedial yang diharapkan.
2. Efisiensi, dalam arti lebih memerlukan usaha dan pengorbanan serta fasilitas seminimal mungkin dengan hasil yang diharapkan semaksimal mungkin.
3. Keserasian, dalam arti keseuaian dengan :
 jenis karakteristik, intensitas, dan latar belakang permasalannya,
 jumlah, jenis, dan sifat kepribadian khusus,
 tingkat penguasaaan teori, kemahiran praktek, dan sifat kepribadian guru yang akan menanganinya,
 kesediaan daya dukung fasilitas teknik yang diperlukan,
 kesediaan daya dukung sarana penunjang / lingkungan yagn diperlukan,
 waktu dan kesempatan yang tersedia pada pihak-pihak yang bersangkutan.
3. Layanan Bimbinagn dan Konseling/ Psikoterapi
Ditinjau dari kerangka keseluruhan prosedur pengajaran remedial, langkah ini lebih bersifat pilihan bersyarat. Kasus tipe kedua dan ketiga kecil kemungkinan untuk langsung kepada langkah keempat tanpa lebih dahulu menempuh langkah ketiga ini yang merupakan prakondisinya. Sasaran pokok yang hendak dicapai dalam layanan ini adalah terciptanya kesehatan mental kasus, dalam arti ia terbebas dari hambatan dan ketegangan batin, untuk kemudian siap sedia kembali melakukan kegiatan belajar secara wajar dan realistis.
Pada batas- batas tertentu langkah- langkah ini dapat ditangani oleh guru, namun mungkin diperlukan bantuan dan kerjasama dengan pihak- pihak lain yang lebih ahli (petugas BK, wali kelas, psikolog, dokter, dll.). Diantara sekian banyak masalah yang msaih dapat ditangani oleh guru pada umumnya antara lain:
1. Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang kurangnya minat dan motivasi belajar, cara untuk mengatasinya menurut Woodworth dan Marquis, 1957:331-338, antara lain :
1. Ciptakan situasi kompetitif sesama siswa yang sehat,
2. Hindari saran dan pernyataan negatif yang dapat mlemahkan motivasi belajar siswa,
3. Berikan dorongan pada siswa dengan memberikan informasi yang telah dicapainya dari waktu ke waktu,
4. Berikan kesempatan pada siswa untuk mendiskusikan aspirasinya secara rasional,
5. Berikan pujian pada siswa agar dia bersemangat,
6. Berikan sanksi atau hukuman atas kelalaian dengan bijak dan adil,
7. Tunjukkan manfaat dari pelajaran bagi siswa baik untuk satt ini maupun nanti.
2. Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang sikap negatif terhadap guru, pelajaran, dan situasi belajar. Cara untuk mengatasinya antara lain :
1. Kembangkan keakraban dan kehangatan hubungan antara guru dengan murid dan murid dengan murid
2. Ciptakan iklim sosial yang sehat dalam kelas,
3. Berikan kesempatan untuk memperoleh pengalaman yang memuaskan dan menyenangkan bagi siswa dalam belajar, meskipun dengan prestasi yang minim.
2. Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang kebiasaan belajar yang salah, cara untuk mengatasinya antara lain :
1. Tunjukkan akibat dari kebiasaan buruknya terhadap prestasi belajar dan kehidupan sosial
2. Berikan kesempatan masa transisi untuk berlatih dengan pola kebiasaan baru dan meninggalkan kebiasaan lama yang salah.
2. Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang ketidakserasian antara kondisi objectif instrumental input dengan lingkungan, cara untuk mengatasinya antara lain :
1. Bimbingan informasi dalam program / bidang studi, bahan / sumber, strategi / metode / teknik belajar rasional,
2. Diskusi atau kerja kelompok,
3. Proyek kegiatan bersama di kelas, karyawisata, dsb.
Sebagai indikator atas keberhasilan layanan bantuan sementara ini, maka Robinson 1950:96, menyatakan :
1. menunjukkan minat untuk mencari pemecahan masalah yang dihadapinya,
2. bersedia untuk bekerja sama dengan pihak lain (guru, BK, dsb.) untuk membantu memecahkan masalahnya,
3. mulai bersikap terbuka,
4. mulai tampak kemampuan menyadari masalahnya secara realitas,
5. mulai tampak kemampuan untuk memilah, menimbang, mengembangkan, dan memilih alternatif pemecahan masalahnya,
6. menunjukkan kesediaan dan kesanggupan untuk melakukan alternatif tindakan lebih lanjut yang dipilihnya.
4. Melaksanakan Pengajaran Remedial
Setelah langkah ketiga ditempuh, maka langkah jeempat dianggap tepat yaitu pelaksanaan pengajaran remedial. Seperti yang telah dijelaskan, sasaran pokok dari setiap pengajaran remedial ini adalah tercapainya prestasi dan kemampuan penyesuain diri sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Sedangkan strategi dan teknik pelaksaan pengajaran remedial seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
5. Mengadakan Pengukuran Prestasi Belajar Kembali
Setelah pengajaran remedial dilakukan, seharusnya dilihat ada tidaknya perubahan pada diri siswa. Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran kembali, hasil pengukuran ini diharapkan memberikan informasi terhadap perkembangan siswa, baik kuantitif maupun kulaitatif. Adapun cara yang digunakan sebaiknya sama dengan post-test atau tes sumatif dari proses belajar mengajar.

6. Mengadakan Re-Evaluasi dan Re-Diagnostik
Hasil dari pengukuran tersebut hendaknya perlu dipertimbangkan lagi dengan menggunakan cara dan kriteria untuk proses belajar mengajar utama. Hasil dari pertimbangan ini akan melahirkan tiga simpulan, yaitu :
1. Kasus menunjukkan peningkatan prestasi dan penyesuaian diri dalam mencapai keberhasilan yang diharapkan.
2. Kasus menunjukkan peningkatan prestasi dan penyesuaian diri, namun belum sepenuhnya mencapai keberhasilan yang diharapkan.
3. Kasus belum menunjukkan perubahan yang berarti.
Rekomendasi yang seharusnya dikemukakan sebagai tindak lanjut hasil kesimpulan di atas sudah tentu hendaknya menunjukkan tiga kemungkinan pula, yaitu:
1. Kasus (a) dapat dinyatakan terminal dan diperbolehkan melanjutkan program proses belajar mengajar utama tahap berikutnya
2. Kasus (b) seyogianya diberikan program khusus yang ditujukan pada pengayaan dan peningkatan prestasinya
3. Kasus (c) sebaiknya dilakukan rediagnosis, sehingga diketemukan letak kelemahannya pengajaran remedial tersebut
7. Remedial Pengayaan dan atau Pengukuhan (Tambahan)
Langkah ini bersifat kondisional, sasaran pokok langkah ini adalah agar hasil remedial itu lebih sempurna dengan diadakan pengayaan (enrichment) dan pengukuhan (reinforcement). Berbagai bentuk cara dan instrument dapat digunakan, misalnya : dengan penguasaan untuk pemecahan soal tertentu, pengajaran proyek kecil tertentu, dsb. Hasilnya harus dilaporkan kembali pada guru untuk dinilai seperlunya sebelum selesai atau diperkenankan melanjutkan ke program proses belajar mengajar selanjutnya.
Siswa sebagai subyek dalam proses belajar mengajar ternyata memiliki keunikan yang berbeda-beda antara siswa satu dengan siswa lainnya. Ada siswa yang cepat dalam belajar karena kecerdasannya sehingga dia dapat menyelesaikan kegiatan belajar mengajar lebih cepat dari yang diperkirakan, ada siswa yang lambat dalam belajar dimana sdiswa golongan ini sering ketinggalan pelajaran dan memerlukan waktu lebih lama dari waktu yang diperkirakan untuk siswa normal, ada siswa yang kreatif yang menunjukkan kreatifitas dalam kegiatan-kegiatan tertentu dan selalu ingin memecahkan persoalan-persoalan, ada siswa yang berprestasi kurang dimana sebenarnya siswa ini mempunyai taraf inteligensi tergolong tinggi akan tetapi prestasi belajarnya rendah, dan ada pula siswa yang gagal dalam belajar sehingga tidak selesai dalam studinya di sekolah.

Tinggalkan komentar